Minggu, 03 Oktober 2010
ade khoiriyanti: Kemiskinan di Banda Aceh
ade khoiriyanti: Kemiskinan di Banda Aceh: "Wed, Sep 23rd 2009, 09:18Turun, Angka Kemiskinan di Banda Aceh BANDA ACEH- Pemerintah Kota (Pemkot) Banda Aceh dinilai mampu menekan angka k..."
Sabtu, 02 Oktober 2010
Kejahatan di Lintas Banda Aceh - Calang
Sat, Oct 2nd 2010, 11:27
Baut Jembatan USAID Dicuri
* Dua Pelaku Ditangkap Bersama 1,5 Ton Barang Bukti
CALANG – Tindak kejahatan yang dampaknya sangat membahayakan keselamatan masyarakat disinyalir sedang marak di lintas Banda Aceh-Calang. Komplotan penjahat mencuri material (mur dan baut) jembatan, pagar besi pengaman, komponen alat berat, dan rambu-rambu di jalur jalan/jembatan yang didanai USAID tersebut.
Laporan terbaru menyebutkan, menjelang subuh, sekitar pukul 03.00 WIB, Jumat (1/10), rombongan KPA (Komite Peralihan Aceh) dipimpin Muzakkir Manaf yang sedang dalam perjalanan dari Banda Aceh ke Calang memergoki sekelompok orang dengan gerak-gerik mencurigakan di sekitar jembatan USAID di Teumareum (aliran Krueng Lambeusoe), Kecamatan Jaya (Lamno). Bersama komplotan tersebut ada sebuah pikap Suzuki Futura BK 8070 CC.
Didasari kecurigaan itu, salah satu mobil rombongan yang berada di depan menghadang pikap yang sedang memuat material jembatan dan mendekati komplotan yang diperkirakan berjumlah lima orang. “Rombongan semakin curiga karena komplotan tersebut kabur ke dalam semak belukar di sekitar itu,” kata Ketua KPA Aceh Jaya, Bakhtiar Syarbaini kepada Serambi, Jumat (1/10).
Meski sebagian besar pelaku kabur, namun rombongan KPA berhasil membekuk salah satu di antaranya, yang tercatat bernama Razikin (18), warga Lamlhom, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar. Selanjutnya pihak KPA menyerahkan tersangka bersama barang bukti kepada masyarakat Teumareum dan selanjutnya oleh masyarakat diteruskan ke Polsek Jaya di Lamno.
1,5 ton BB
Kapolres Aceh Jaya, AKBP Drs Galih Sayudo yang ditanyai Serambi mengatakan, tersangka pencuri mur dan baut jembatan USAID di Desa Teumarem telah diamankan dua orang, yaitu Razikin dan seorang rekannya yang juga dari Aceh Besar bernama Abdul Azis (21). Abdul Azis ditangkap di kawasan Lamno, Jumat (1/10) sore, sekitar pukul 17.15 WIB berdasarkan pengembangan pemeriksaan Razikin.
Menurut Kapolres Aceh Jaya, masih ada empat tersangka lagi yang saat ini sedang diburu oleh tim Polres Aceh Jaya yang langsung dipimpin AKBP Galih. Sedangkan barang bukti yang sudah diamankan terdiri atas satu unit pikap BK 8070 CC serta material jembatan (mur/baut) seberat 1,5 ton. “Kedua tersangka yang sudah kita amankan sedang diperiksa terus,” kata Kapolres Aceh Jaya.
Komponen alat berat
Kapolres Aceh Jaya, AKBP Drs Galih Suyodo juga menginformasikan, di lokasi terpisah pada hari yang sama juga dilaporkan terjadi pencurian komponen alat berat (escavator) berupa perangkat elektrik dan panel kontrol milik Ssangyong selaku kontraktor yang sedang mengerjakan proyek jalan dan jembatan USAID. Kasus pencurian itu terjadi Jumat (1/10) sekira pukul 07.WIB pada escavator yang sedang parkir di pinggir jalan Banda Aceh-Calang, kawasan Desa Sayeung, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya.
Kasus pencurian itu diketahui ketika operator akan menghidupkan alat berat tersebut namun komponen elektriknya ternyata sudah raib. Langsung saja kasus itu dilaporkan kepada Mustafa selaku operator utama dan selanjutnya diteruskan ke Polsek Polsek Setia Bakti. “Kasus itu juga sedang kita usut,” kata Galih.
USAID sering lapor
Pihak USAID dalam setiap rapat evaluasi tiga bulan sekali dengan Pemerintah Aceh, Pemkab Aceh Besar, dan Pemkab Aceh Jaya di Gedung Serbaguna Kantor Gubernur Aceh sering melaporkan kasus kehilangan rambu-rambu lalu lintas di jalan dan jembatan, mulai dari Lhoknya, Aceh Besar hingga Lamno, Aceh Jaya, terutama di kawasan Gunong Kulu, Gunong Paro, dan Gunong Geurutee.
Selain rambu, juga terjadi kasus pencurian besi baja pengaman pinggir jalan (gadril). Baik rambu-rambu maupun besi pengaman jalan jalan dan tebing di jalan pegunungan sangat penting untuk keamanan dan keselamatan lalu lintas. Anggota Tim Pengawas Proyek Jalan Banda Aceh-Meulaboh dari Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh, Samsul mengatakan, menanggapi kasus itu, pihak USAID meminta Pemerintah Aceh, Pemkab Aceh Besar, dan Pemkab Aceh Jaya mengusut dan menangkap pelaku pencurian yang dampaknya sangat membahayakan keselamatan masyarakat.
Kadis Bina Marga dan Cipta Karya Aceh, Muhyan Yunan mengatakan, jika masalah yang dikeluhkan oleh pihak USAID tersebut tidak ditangani serius oleh aparat keamanan di Aceh, maka dikhawatirkan kejahatan akan meluas, seperti ke material jembatan baja yang telah dibangun USAID dari Lhoknga sampai Calang sebanyak 12 unit. “Kalau ini terjadi tentu sangat mengecewakan pihak USAID selaku penyandang dana. Kita dinilai tidak bisa menjaga apa yang telah diberikan oleh bangsa lain,” ujar Muhyan.
Baik Muhyan maupun Samsul menduga, maraknya aksi pencurian material jembatan, rambu-rambu, dan gadril jalan karena harga jualnya mahal sebab terbuat dari baja dan alumunium tebal. Harga jual besi jenis ini mencapai lebih Rp 2.000 atau empat kali lipat dari besi biasa.
Pihak USAID menegaskan, mencuri rambu-rambu, pengaman jalan, dan material jembatan masuk dalam tindakan kriminal berat dan sudah sepantasnya pelaku diganjar hukuman yang seberat-beratnya untuk memberikan efek jera, baik kepada yang bersangkutan atau yang lainnya yang berniat melakukan kejahatan serupa. “Maraknya kejahatan ini karena pelakunya baru sedikit yang kasusnya sampai ke pengadilan dan dihukum berat,” ujar Samsul dibenarkan Muhyan Yunan.
Laporan terbaru menyebutkan, menjelang subuh, sekitar pukul 03.00 WIB, Jumat (1/10), rombongan KPA (Komite Peralihan Aceh) dipimpin Muzakkir Manaf yang sedang dalam perjalanan dari Banda Aceh ke Calang memergoki sekelompok orang dengan gerak-gerik mencurigakan di sekitar jembatan USAID di Teumareum (aliran Krueng Lambeusoe), Kecamatan Jaya (Lamno). Bersama komplotan tersebut ada sebuah pikap Suzuki Futura BK 8070 CC.
Didasari kecurigaan itu, salah satu mobil rombongan yang berada di depan menghadang pikap yang sedang memuat material jembatan dan mendekati komplotan yang diperkirakan berjumlah lima orang. “Rombongan semakin curiga karena komplotan tersebut kabur ke dalam semak belukar di sekitar itu,” kata Ketua KPA Aceh Jaya, Bakhtiar Syarbaini kepada Serambi, Jumat (1/10).
Meski sebagian besar pelaku kabur, namun rombongan KPA berhasil membekuk salah satu di antaranya, yang tercatat bernama Razikin (18), warga Lamlhom, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar. Selanjutnya pihak KPA menyerahkan tersangka bersama barang bukti kepada masyarakat Teumareum dan selanjutnya oleh masyarakat diteruskan ke Polsek Jaya di Lamno.
1,5 ton BB
Kapolres Aceh Jaya, AKBP Drs Galih Sayudo yang ditanyai Serambi mengatakan, tersangka pencuri mur dan baut jembatan USAID di Desa Teumarem telah diamankan dua orang, yaitu Razikin dan seorang rekannya yang juga dari Aceh Besar bernama Abdul Azis (21). Abdul Azis ditangkap di kawasan Lamno, Jumat (1/10) sore, sekitar pukul 17.15 WIB berdasarkan pengembangan pemeriksaan Razikin.
Menurut Kapolres Aceh Jaya, masih ada empat tersangka lagi yang saat ini sedang diburu oleh tim Polres Aceh Jaya yang langsung dipimpin AKBP Galih. Sedangkan barang bukti yang sudah diamankan terdiri atas satu unit pikap BK 8070 CC serta material jembatan (mur/baut) seberat 1,5 ton. “Kedua tersangka yang sudah kita amankan sedang diperiksa terus,” kata Kapolres Aceh Jaya.
Komponen alat berat
Kapolres Aceh Jaya, AKBP Drs Galih Suyodo juga menginformasikan, di lokasi terpisah pada hari yang sama juga dilaporkan terjadi pencurian komponen alat berat (escavator) berupa perangkat elektrik dan panel kontrol milik Ssangyong selaku kontraktor yang sedang mengerjakan proyek jalan dan jembatan USAID. Kasus pencurian itu terjadi Jumat (1/10) sekira pukul 07.WIB pada escavator yang sedang parkir di pinggir jalan Banda Aceh-Calang, kawasan Desa Sayeung, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya.
Kasus pencurian itu diketahui ketika operator akan menghidupkan alat berat tersebut namun komponen elektriknya ternyata sudah raib. Langsung saja kasus itu dilaporkan kepada Mustafa selaku operator utama dan selanjutnya diteruskan ke Polsek Polsek Setia Bakti. “Kasus itu juga sedang kita usut,” kata Galih.
USAID sering lapor
Pihak USAID dalam setiap rapat evaluasi tiga bulan sekali dengan Pemerintah Aceh, Pemkab Aceh Besar, dan Pemkab Aceh Jaya di Gedung Serbaguna Kantor Gubernur Aceh sering melaporkan kasus kehilangan rambu-rambu lalu lintas di jalan dan jembatan, mulai dari Lhoknya, Aceh Besar hingga Lamno, Aceh Jaya, terutama di kawasan Gunong Kulu, Gunong Paro, dan Gunong Geurutee.
Selain rambu, juga terjadi kasus pencurian besi baja pengaman pinggir jalan (gadril). Baik rambu-rambu maupun besi pengaman jalan jalan dan tebing di jalan pegunungan sangat penting untuk keamanan dan keselamatan lalu lintas. Anggota Tim Pengawas Proyek Jalan Banda Aceh-Meulaboh dari Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh, Samsul mengatakan, menanggapi kasus itu, pihak USAID meminta Pemerintah Aceh, Pemkab Aceh Besar, dan Pemkab Aceh Jaya mengusut dan menangkap pelaku pencurian yang dampaknya sangat membahayakan keselamatan masyarakat.
Kadis Bina Marga dan Cipta Karya Aceh, Muhyan Yunan mengatakan, jika masalah yang dikeluhkan oleh pihak USAID tersebut tidak ditangani serius oleh aparat keamanan di Aceh, maka dikhawatirkan kejahatan akan meluas, seperti ke material jembatan baja yang telah dibangun USAID dari Lhoknga sampai Calang sebanyak 12 unit. “Kalau ini terjadi tentu sangat mengecewakan pihak USAID selaku penyandang dana. Kita dinilai tidak bisa menjaga apa yang telah diberikan oleh bangsa lain,” ujar Muhyan.
Baik Muhyan maupun Samsul menduga, maraknya aksi pencurian material jembatan, rambu-rambu, dan gadril jalan karena harga jualnya mahal sebab terbuat dari baja dan alumunium tebal. Harga jual besi jenis ini mencapai lebih Rp 2.000 atau empat kali lipat dari besi biasa.
Pihak USAID menegaskan, mencuri rambu-rambu, pengaman jalan, dan material jembatan masuk dalam tindakan kriminal berat dan sudah sepantasnya pelaku diganjar hukuman yang seberat-beratnya untuk memberikan efek jera, baik kepada yang bersangkutan atau yang lainnya yang berniat melakukan kejahatan serupa. “Maraknya kejahatan ini karena pelakunya baru sedikit yang kasusnya sampai ke pengadilan dan dihukum berat,” ujar Samsul dibenarkan Muhyan Yunan.
serambinews.com
Kemiskinan di Banda Aceh
Wed, Sep 23rd 2009, 09:18
Turun, Angka Kemiskinan di Banda Aceh
BANDA ACEH- Pemerintah Kota (Pemkot) Banda Aceh dinilai mampu menekan angka kemiskinan. Dari 45 ribu warga miskin dalam satu rumah tangga (RT) pascatsunami, yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak, turun menjadi 1.592 RT, selama tiga tahun terakhir. Turunnya angka kemiskinan secara signifikan itu ditunjang oleh pelatihan ketrampilan yang diberdayakan oleh hampir seluruh instansi di jajaran Pemkot Banda Aceh.
Menurut keterangan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Kadin Sosnaker) Kota Banda Aceh, Purnama Karya, yang ditanyai Serambi kemarin, angka kemiskinan di Banda Aceh, dilihat dari 14 indikator lokal yang disepakati yakni, tidak mempunyai mata pencaharian tetap, dan pendidikan rendah. Di samping itu, indikator lain kata Purnama, lantai rumah beralaskan tanah, penghasilan di bawah 900 ribu per bulan, serta hanya mampu berobat di tingkat Puskesmas. “Kemiskinan juga kadang disebabkan oleh aktifitas masyarakat yang tidak jalan. Misalnya ada komoditi. Tapi, tidak ada tempat pemasarannya,” sebut Purnama.
Disebutkan, penyebab seseorang itu tetap dalam belenggu kemiskinan, faktor yang paling dominan yakni, cara pandang dan kebiasaan atau kultur. Sehingga kebiasaan itu berdampak buruk terhadap bagi diri dan keluarganya. “Selama tiga tahun terakhir ini, Dinsosnaker Kota Banda Aceh telah melahirkan 175 orang yang dilatih menjahit dan reparasi sepeda motor. Ini belum termasuk dinas lain di Banda Aceh, yang masing-masing itu, juga memiliki program pengentasan kemiskinan,” ungkap Purnama.
Sehingga angka kemiskinan dari 45 ribu RT pascatsunami yang miskin, sudah dapat ditekan menjadi 1.592 RT. “Kami menargetkan angka kemiskinan ini dapat berkurang dari tahun ke tahun, sehingga berkurang dan menjadi hanya 8 persen dari seluruh warga Kota Banda Aceh,” ungkap Purnama, seraya menyebutkan hal itu butuh waktu.
Menurut keterangan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Kadin Sosnaker) Kota Banda Aceh, Purnama Karya, yang ditanyai Serambi kemarin, angka kemiskinan di Banda Aceh, dilihat dari 14 indikator lokal yang disepakati yakni, tidak mempunyai mata pencaharian tetap, dan pendidikan rendah. Di samping itu, indikator lain kata Purnama, lantai rumah beralaskan tanah, penghasilan di bawah 900 ribu per bulan, serta hanya mampu berobat di tingkat Puskesmas. “Kemiskinan juga kadang disebabkan oleh aktifitas masyarakat yang tidak jalan. Misalnya ada komoditi. Tapi, tidak ada tempat pemasarannya,” sebut Purnama.
Disebutkan, penyebab seseorang itu tetap dalam belenggu kemiskinan, faktor yang paling dominan yakni, cara pandang dan kebiasaan atau kultur. Sehingga kebiasaan itu berdampak buruk terhadap bagi diri dan keluarganya. “Selama tiga tahun terakhir ini, Dinsosnaker Kota Banda Aceh telah melahirkan 175 orang yang dilatih menjahit dan reparasi sepeda motor. Ini belum termasuk dinas lain di Banda Aceh, yang masing-masing itu, juga memiliki program pengentasan kemiskinan,” ungkap Purnama.
Sehingga angka kemiskinan dari 45 ribu RT pascatsunami yang miskin, sudah dapat ditekan menjadi 1.592 RT. “Kami menargetkan angka kemiskinan ini dapat berkurang dari tahun ke tahun, sehingga berkurang dan menjadi hanya 8 persen dari seluruh warga Kota Banda Aceh,” ungkap Purnama, seraya menyebutkan hal itu butuh waktu.
serambinews.com
Langganan:
Komentar (Atom)