Wed, Sep 23rd 2009, 09:18
Turun, Angka Kemiskinan di Banda Aceh
BANDA ACEH- Pemerintah Kota (Pemkot) Banda Aceh dinilai mampu menekan angka kemiskinan. Dari 45 ribu warga miskin dalam satu rumah tangga (RT) pascatsunami, yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak, turun menjadi 1.592 RT, selama tiga tahun terakhir. Turunnya angka kemiskinan secara signifikan itu ditunjang oleh pelatihan ketrampilan yang diberdayakan oleh hampir seluruh instansi di jajaran Pemkot Banda Aceh.
Menurut keterangan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Kadin Sosnaker) Kota Banda Aceh, Purnama Karya, yang ditanyai Serambi kemarin, angka kemiskinan di Banda Aceh, dilihat dari 14 indikator lokal yang disepakati yakni, tidak mempunyai mata pencaharian tetap, dan pendidikan rendah. Di samping itu, indikator lain kata Purnama, lantai rumah beralaskan tanah, penghasilan di bawah 900 ribu per bulan, serta hanya mampu berobat di tingkat Puskesmas. “Kemiskinan juga kadang disebabkan oleh aktifitas masyarakat yang tidak jalan. Misalnya ada komoditi. Tapi, tidak ada tempat pemasarannya,” sebut Purnama.
Disebutkan, penyebab seseorang itu tetap dalam belenggu kemiskinan, faktor yang paling dominan yakni, cara pandang dan kebiasaan atau kultur. Sehingga kebiasaan itu berdampak buruk terhadap bagi diri dan keluarganya. “Selama tiga tahun terakhir ini, Dinsosnaker Kota Banda Aceh telah melahirkan 175 orang yang dilatih menjahit dan reparasi sepeda motor. Ini belum termasuk dinas lain di Banda Aceh, yang masing-masing itu, juga memiliki program pengentasan kemiskinan,” ungkap Purnama.
Sehingga angka kemiskinan dari 45 ribu RT pascatsunami yang miskin, sudah dapat ditekan menjadi 1.592 RT. “Kami menargetkan angka kemiskinan ini dapat berkurang dari tahun ke tahun, sehingga berkurang dan menjadi hanya 8 persen dari seluruh warga Kota Banda Aceh,” ungkap Purnama, seraya menyebutkan hal itu butuh waktu.
Menurut keterangan Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Kadin Sosnaker) Kota Banda Aceh, Purnama Karya, yang ditanyai Serambi kemarin, angka kemiskinan di Banda Aceh, dilihat dari 14 indikator lokal yang disepakati yakni, tidak mempunyai mata pencaharian tetap, dan pendidikan rendah. Di samping itu, indikator lain kata Purnama, lantai rumah beralaskan tanah, penghasilan di bawah 900 ribu per bulan, serta hanya mampu berobat di tingkat Puskesmas. “Kemiskinan juga kadang disebabkan oleh aktifitas masyarakat yang tidak jalan. Misalnya ada komoditi. Tapi, tidak ada tempat pemasarannya,” sebut Purnama.
Disebutkan, penyebab seseorang itu tetap dalam belenggu kemiskinan, faktor yang paling dominan yakni, cara pandang dan kebiasaan atau kultur. Sehingga kebiasaan itu berdampak buruk terhadap bagi diri dan keluarganya. “Selama tiga tahun terakhir ini, Dinsosnaker Kota Banda Aceh telah melahirkan 175 orang yang dilatih menjahit dan reparasi sepeda motor. Ini belum termasuk dinas lain di Banda Aceh, yang masing-masing itu, juga memiliki program pengentasan kemiskinan,” ungkap Purnama.
Sehingga angka kemiskinan dari 45 ribu RT pascatsunami yang miskin, sudah dapat ditekan menjadi 1.592 RT. “Kami menargetkan angka kemiskinan ini dapat berkurang dari tahun ke tahun, sehingga berkurang dan menjadi hanya 8 persen dari seluruh warga Kota Banda Aceh,” ungkap Purnama, seraya menyebutkan hal itu butuh waktu.
serambinews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar